bingkailiputan.blogspot.com - Ritual
penjamasan keris leluhur Aeng Tongtong,
dan pusaka Keraton Sumenep berlangsung
sakral. Penyucian benda pusaka tersebut, digelar di kompleks pemakaman Bujuk
Agung, Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep,
Madura, Jawa Timur.
Prosesi
pembersihan keris dan pusaka yang dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, KH
A Busyro Karim-Ahmad Fauzi itu, dilakukan secara tertutup. Setelah penjamasan
selesai, pusaka tersebut diarak menuju pemakaman Bujuk Duwek diiringi kesenian
tradisional.
"Ada
9 keris leluhur Aeng Tong-tong, dan 2 pusaka Keraton Sumenep yang
dijamas," terang Ketua Panitia Penjamasan, Wawan Novianto, Minggu
(16/9/2018).
Menurutnya,
bukan sembarangan air yang digunakan untuk mencuci benda-benda keramat
tersebut. Namun, dibutuhkan air yang bersumber dari sumur khusus dalam proses
penjamasan. Salah satunya, sumber mata air yang berlokasi di Keraton Sumenep.
"Air
yang digunakan berasal dari tujuh sumur kuno yang tersebar di beberapa wilayah
di Kabupaten Sumenep," imbuhnya.
Alumnus
UM Jogjakarta itu menerangkan, setelah semua proses penjamasan selesai pusaka
keraton akan dikembalikan kepada ahli warisnya. Pengembalian tersebut, akan
diarak oleh masyarakat Desa Aeng Tong-tong, Senin (17/9/2018) besok.
"Kami
juga akan membawa hasil bumi sebagai bentuk pengabdian, dan bakti kami ke
Kraton Sumenep," ucapnya.
Sementara
itu, Bupati Sumenep KH A Busyro Karim mengatakan, Desa Aeng Tongtong dikenal
sebagai desa penghasil pusaka sejak zaman kerajaan Sumenep. Bahkan, keris-keris
yang dimiliki para raja merupakan buatan empu Aeng Tong-tong.
"Empu-empu
dulu kalau mau buat keris ada yang berpuasa selama 123 hari," jelasnya.
Busyro
menuturkan, kelestarian benda-benda pusaka itu harus tetap dijaga
ditengah-tengah gempuran modernisasi. Apalagi, Kabupaten Sumenep sudah mendapat
pengakuan dari UNESCO sebagai daerah penghasil keris terbanyak di dunia.
Komentar
Posting Komentar